}
"Mari Mengenal Nabi Muhammad Saw dan Sahabat Nabi Muhammad Saw Lebih Dekat Dengan Membaca dan Meneladani Kisah Hidup Mereka, Agar Kita Dapat Menjalankan Kehidupan Yang Lebih Baik Sesuai Tuntunan Nabi Muhammad Saw Dan Para Sahabat Beliau."

Mari Mengenal Sahabat Nabi Muhammad Saw Sang Pembela Rasulullah Saw

Mari Mengenal Sahabat Nabi Muhammad Saw Sang Pembela Rasulullah Saw Zubbair Bin Awwam

Zubair Bin Awwam Merupakan Sosok Sahabat Nabi Muhammad Saw, yang termasuk kedalam golongan As-Sabiqunal Awalun yaiut golongan sahabat yang pertama masuk Islam, Zubair juga masuk kedalam golongan 10 sahabat yang di jamin masuk surga Oleh Nabi Muhammad Saw ketika mereka semua masih hidup.


hal itu tidaklah diberikan oleh Allah Swt, melalalui Nabi nya dengan cuma - cuma namun merupakan sebuah hadiah yang indah untuk membalas jasa - jasa besar mereka dalam menjaga dana membela Agama Islam bahkan dengan mempertaruhkan nyawa mereka.


Sosok Sahabat Nabi Muhammad Saw Zubair Bin Awwam

Setiap disebut nama Sahabat Nabi Muhammad Saw Thalhah bin ubaidillah, pastilah disebut orang yang bernama Zubair! Begitu pula setiap disebut nama Zubair, pastilah disebut orang pula nama Thalhah! Pada saat Rasulullah Saw dan Para sahabat hijrah keMadinah. 
Sahabat Nabi Muhammad Saw Zubair Bin Awwam
Ilustrasi Sahabat Nabi Muhammad Saw Zubair Bin Awwam
Beliau mempersaudarakan para shahabatnya di Mekah sebelum Hijrah, beliau telah mempersaudarakan antara Thalhah bin ubaidillah dengan Zubair Bin Awwam.

Nabi Saw pernah berkata tentang mereka berdua seperti berikut “Thalhah dan Zubair adalah tetanggaku di dalam surga”. Dan keduanya berhimpun bersama Rasul dalam kerabat dan keturunan.

Adapun Thalhah bin Ubaidillah bertemu asal-usul turunannya dengan Rasul pada Murrah bin Ka’ab. Sedang Zubair bertemu pula asal­-usulnya dengan Rasulullah pada Qusai bin Kilab, sebagaimana pula ibunya Shafiah, adalah saudara bapak Rasulullah.

Thalhah dan Zubair, keduanya memiliki banyak kesamaan satu sama lain dalam aliran kehidupan kesamaan itu  di antaranya adalah : dalam pertumbuhan di masa remaja, kekaya­an, kedermawanan, keteguhan beragama dan kegagah-beranian.

Keduanya termasuk kedalam golongan As-Sabiqunal Awalun yaitu golongan pertama masuk Islam dan tergolong kepada sepuluh orang yang diberi kabar gembira oleh Rasul masuk surga.

Keduanya juga sama termasuk kelompok shahabat ahli musyawarah yang enam, yang diserahi tugas oleh Umar bin Khatthab  untuk memilih Khalifah pengganti Umar, ketika Umar sedang sakit parah.

Akhir hayatnya juga bersamaan secara sempurna. bahkan satu sama lain tidak berbeda, Sebagaimana telah kita katakan, Zubair termasuk dalam golongan pertama yang masuk Islam, karena ia adalah dari golongan tujuh orang yang mula-mula menyatakan keislamannya, dan sebagai perintis berkembangnya Islam yang diawali di Darul Arqam.

Usianya pada saat itu baru menginjak limabelas tahun. Dan begitulah ia telah diberi petunjuk, nur dan kebaikan selagi masih remaja .


Perjalanan Hidup Zubair Semasa Awal Keislaman Hingga Akhir

Zubair adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw yang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam berkuda dan memiliki keberanian yang sangat besar sejak ia kecil.

Hingga ahli sejarah menye­butkan bahwa pedang pertama yang dihunuskan untuk membela Iislam adalah Zubair bin ‘Awwam.

Pada masa awal Islam, sementara Kaum Muslimin waktu itu masih sedikit sekali hingga mereka selalu bersembunyi­sembunyi di Darul Arqam, tiba-tiba pada suatu hari tersebar berita bahwa Rasulullah Saw terbunuh.

Mendengar hal itu Zubair bin Awwsm mengangkat pedangnya sambil berjalan berkeliling kota makkah, dengan maksud jika berita tersebut benar ia akan menebas seluruh kaum quraisy pada masa itu.

Dari suatu tempat yang tinggi di kota Makkah, Rasulullah Saw melihat Zubair yang sedang berkeliling sambil mengacungkan pedang, lalu beliau memanggil dan bertanya apa yang sedang dilakukannya.

Zubair menceritakan apa yang terjadi hingga ia mengangkat pedangnya dan berkeliling kota makkah, mendengar hal itu Rasulullah Saw mendoakan Zubair kebahagian seta keampuhan pedangnya untuk membela Allah dan Rasulnya.

Meskipun Zubair seorang bangsawan terpandang dalam kaumnya, namun ia juga tidak lepas dari penderitaan dan penyiksaan dari kaum qurasiy pada masa itu.

Pernah suatu ketika ia disekap di suatu kurungan, kemu­dian dipenuhi dengan embusan asap api agar sesak nafasnya, lalu dipanggilnya Zubair di bawah tekanan siksa: “Tolaklah olehmu Tuhan Muhammad itu, nanti kulepaskan kamu dari siksa ini!”Tantangan itu dijawab oleh Zubair dengan pedas dan mengejutkan: “Tidak, demi Allah, aku tak akan kembali kepada kekafiran untuk selama-lamanya!”. Padahal pada waktu itu ia masih remaja.



Kepahlawanan Zubair Bin Awwam

Zubair melakukan hijrah ke Habsyi (Ethiopia) dua kali, yang pertama dan yang kedua, kemudian ia kembali, untuk menyertai semua peperangan bersama Rasulullah.

Tak pernah ia tertinggal dalam berperang atau bertempur. Banyaknya tusukan dan luka-luka yang terdapat pada tubuhnya dan masih berbekas sesudah lukanya itu sembuh membuktikan pula kepahlawanan Zubair bin Awwam dan keperkasaannya.

Bahkah salah Seorang sahabat Nabi Muhammad Saw, pernah berkata tentang luka - luka di tubuh zubair tersebut “Aku pernah menemani Zubair ibnul ‘Awwam pada sebagian perjalanan dan aku melihat tubuhnya, maka aku saksikan banyak sekali bekas luka goresan pedang, sedang di dadanya terdapat seperti mata air yang dalam, menunjukkan bekas tusukan lembing dan anak panah."

Maka aku berkata kepadanya: “Demi Allah, telah ku­saksikan sendiri pada tubuhmu apa yang belum pernah kulihat pada orang lain sedikit pun” Mendengar hal itu Zubair men­jawab: “Demi Allah, semua luka-luka itu kudapat bersama Rasulullah pada peperangan di jalan Allah."

Ketika perang Uhud selesai dan pasukan Quraisy berbalik kembali ke Mekah, ia diutus oleh Rasulullah Saw bersama Abu Bakar untuk mengikuti gerakan tentara Quraisy dan menghalau mereka, hingga mereka menganggap Kaum Muslimin masih punya kekuat­an, dan tidak terpikir lagi untuk kembali ke Madinah guna memulai peperangan yang baru.

Abu Bakar dan Zubair memimpin tujuh puluh orang Mus­limin. Sekalipun mereka sebenarnya sedang mengikuti suatu pasukan yang menang, namun kecerdikan dan muslihat perang yang dipergunakan oleh ash-Shiddiq dan Zubair, membuat orang­-orang Quraisy menyangka bahwa mereka salah duga menilai kekuatan Kaum Muslimin dan membuat mereka berfikir, bahwa pasukan perintis yang dipimpin oleh Zubair dan ash-Shiddi tampak kuat.

Tak lain sebagai pendahuluan dari bala tentara Rasul yang menyusul di belakang, dan akan tampil menghalau mereka dengan dansyat. Karena itu mereka bergegas memper­cepat perjalanannya dan mengambil langkah seribu pulang ke Mekah.

Pada Perang Yarmuk perang yang terjadi pada masa kekhalifahan Umar Bin Khatab R.a, Zubair menjadi seorang prajurit yang memimpin langsung pasukan yang besar.

Ketika ia melihat sebagian besar anak buah yang dipimpinnya merasa gentar menghadapi bala tentara Romawi yang menggunung maju, ia meneriakkan “Allahu Akbar” dan maju membelah pasukan, musuh yang mendekat itu seorang diri dengan mengayunkan pedangnya, kemudian ia kembali ke tengah-tengah barisan musuh yang dahsyat itu dengan pedang di tangan kanannya.

Zubair Bin Awwam sangat ingin menemui syahid! Amat merindu­kan mati di jalan Allah. Ia pernah berkata: “Thalhah bin Ubaidillah memberi nama anak-anaknya dengan nama Nabi-nabi padahal sudah sama diketahui bahwa tak ada Nabi lagi sesudah Muhammad saw, maka aku menamai anak-anakku dengan nama para syuhada, semoga mereka berjuang mengikuti syu­hada."



Anak Keturunan Sahabat Nabi Muhammad Saw Zubair Bin Awwam

Berikut adalah nama - nama anak beliau 

  • Abdullah bin Zubair mengambil berkah dari shahabat yang syahid Abdullah bin Jahasy.
  • Al-Munzir mengambil berkah dari shahabat yang syahid al-Munzir bin Amar
  • Urwah mengambil berkah dari sahabat Urwah bin Amar
  • Ham­zah, mengambil berkah dari syahid yang mulia Hamzah bin Abdul Muthalib
  • Ja’far mengambil berkah dari sahabat Ja’far bin Abu Thalib
  • Mush’ab mengambil berkah dari sahabat yang syahid Mush’ab bin Umeir
  • Khalid mengambil berkat dari shahabat Khalid bin Sa’id

Zubair memberikan nama anak - anak nya sesuai dengan nama sahabat yang telah mati syahid dengan harapan anak - anaknya bisa mendapatkan keberkahan mati syahid sama seperti pemilik nama.



Keistimewaan Zubair Bin Awwam

Kelebihannya sebagai prajurit perang tergambar pada dirinya sempurn. Sekalipun sampai seratus ribu orang menyertainya di medan tempur, namun akan kau lihat bahwa ia berperang seakan-akan sendirian di arena pertempuran dan seolah-olah tanggung jawab perang dan kemenangan terpikul di atas pundaknya sendiri.

Keistime­waannya sebagai pejuang, terlukis pada keteguhan hatinya dan kekuatan urat syarafnya. Ia menyaksikan gugur pamannya Hamzah di perang Uhud.

Orang-orang musyrik telah menyayat­ tubuhnya yang terbunuh itu dengan kejam, maka ia berdiri di mukanya dengan sikap satria menahan gejolak hati dengan memegang teguh hulu pedangnya.

Tak ada fikirannya yang lain daripada mengadakan pembalasan yang setimpal, tapi wahyu segera datang melarang Rasulullah Saw dan Muslimin untuk berfikir tentang balas dendam.

Dan sewaktu pengepungan atas Bani Quraidha sudah berjalan lama tanpa membawa hasil, Rasulullah mengirimnya bersama Ali bin Abi Thalib.

Ia berdiri di muka benteng musuh yang kuat Serta mengulang-ulang ucapannya: “Demi Allah, biar kami rasakan sendiri apa yang dirasakan Hamzah, atau kalau tidak, akan kami tundukkan benteng mereka” Kemudian ia terjun ke dalam benteng hanya berdua saja dengan Ali, Dan dengan kekuatannya, mereka berdua berhasil menyebarkan rasa takut pada musuh yang bertahan dalam benteng, lalu membukakan pintu-pintu benteng tersebut.

Di perang Hunain, Zubair melihat pemimpin suku Hawazin yang juga menjadi panglima pasukan musyrik dalam perang tersebut namanya Malik bin Auf, terlihat olehnya sesudah pasukan Hawazin bersama panglimanya lari tunggang langgang dari medan perang Hunain, ia sedang berdua di tengah-tengah gerombolan besar shahabat-shahabatnya bersama sisa pasukan yang kalah.

Tiba-tiba diserbunya rombongan itu seorang diri, dan dikucar-kacirkannya kesatuan mereka, kemudi­an dihalaunya mereka dari tempat persembunyian yang mereka gunakan sebagai pangkalan untuk menyergap pemimpin-pemim­pin Islam yang baru kembali dari arena peperangan.

Kecintaan dan penghargaan Rasululullah Saw terhadap Zubair luar biasa sekali, dan Rasulullah sangat membanggakannya, beliau berkata: “setiap Nabi mempunyai pembela dan pembelaku itu adalah Zubair bin ‘Awwam”

Karena bukan saja ia saudara sepupunya dan suami dari Asma binti Abu Bakar yang mempunyai dua puteri semata, tapi lebih dari itu adalah karena pengabdiannya yang luar biasa, keberaniannya yang perkasa, kemurahannya yang tidak terkira dan pengorbanan diri dan hartanya untuk Allah Tuhan dan islam semata.

Sungguh Hasan bin Tsabit telah melukiskan sifat-sifatnya ini dengan indah sekali, katanya: “Ia berdiri teguh menepati janjinya kepada Nabi dan mengikuti petunjuknya.

Menjadi pembelanya, sementara perbuatan sesuai dengan perkataannya. Ditempuhnya jalan yang telah digunakan­nya, tak hendak menyimpang dari padanya. Bertindak sebagai pembela kebenaran, karena kebenaran itu jalan sebaik-baiknya.

Ia adalah seorang berkuda yang termasyhur, dan pahlawan yang gagah perkasa. Merajalela di medan perang dan ditakuti di setiap arena.

Dengan Rasulullah mempunyai ikatan darah dan masih berhubungan keluarga. dalam membela islam mempunyai jasa-jasa yang tidak terkira.

Betapa banyaknya mara bahaya yang mengancam Rasulullah Nabi al-Musthafa. Disingkirkan Zubair dengan ujung pedangnya, maka semoga Allah membalas jasa-jasanya”.


Wafatnya Sang Pembela Rasulullah Saw 

Dalam perang Jamal sebagaimana telah kita bahas dalam cerita yang lalu mengenai Thalhah Bin ubaidillah, Zubair menemui akhir hayatnya, Sesudah ia menyadari kebenaran tidak ikut campur dalam peperangan.

Melihat hal ini pasukan Khawarij yang tidak senang dengan keadaan ini, berlari menuju Zubair, lalu ditusuklah Zubair oleh seorang khawarij ketika ia sedang lengah, yakni di kala ia sedang shalat.

Si pembunuh itu pergi kepada Imam Ali, dengan maksud melaporkan tindakannya terhadap Zubair, dengan dugaan bahwa kabar itu akan membuat Ali senang, apalagi sambil menanggalkan pedang-pedang Zubair bin Awwam yang telah dirampasnya setelah melakukan kejahatan tersebut.

Mendengar hal ini Ali Bin Abi Thalib berteriak dan berkata : “Sampaikan berita kepada pembunuh putera ibu Shafiah itu, bahwa untuknya telah disediakan api neraka” Dan ketika pedang Zubair ditunjuk­kan kepada Ali Bin Abi Thalib oleh beberapa shahabatnya, ia mencium lama sekali ia menangis kemudian berkata: “Demi Allah, pedang ini sudah banyak berjasa, digunakan oleh pemiliknya untuk melindungi Rasulullah dari marabahaya."

Demikianlah kisah Sahabat Nabi Muhammad Saw yang menjadi pembela Rasululllah Saw dan menjadi ksatria yang tangguh, serta banyak berjasa dalam perkembangan Islam. 

Semoga kisah ini dapat menjadi pelajaran yang baik untuk kita, seperti yang sudah - sudah jika artikel ini bermanfaat bantu untuk vote like and share yah sahabat.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment