}
"Mari Mengenal Nabi Muhammad Saw dan Sahabat Nabi Muhammad Saw Lebih Dekat Dengan Membaca dan Meneladani Kisah Hidup Mereka, Agar Kita Dapat Menjalankan Kehidupan Yang Lebih Baik Sesuai Tuntunan Nabi Muhammad Saw Dan Para Sahabat Beliau."

Kisah Nabi Muhammad Saw Sebelum Diutus Menjadi Rasul

Kisah Nabi Muhammad Saw Di Bawah Asuhan Abu Talib Hingga Menikah Dengan Khadijah R.a

Nabi Muhammad Saw Dibawah Asuhan Abu Thalib

Setalah Kakek Nabi Muhammad Saw meninngal dunia, Pengasuhan Nabi Muhammad Saw di pegang oleh Abu Talib, sekalipun dia bukan yang tertua di antara saudara-saudaranya. Saudara tertua Abu Thalib  adalah Harith, tapi dia tidak memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik dari Abu Thalib sehingga tidak dapat mengasuh Nabi Muhammad Saw

Sebaliknya Abbas (Salah seorang paman Nabi Saw) yang memiliki kemampuan yang lebih baik, memiliki sifat yang kikir dan tidak mau mengasuh Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu ia hanya memegang urusan siqaya (pengairan) tanpa mengurus rifada (makanan). 

Sekalipun kehidupan Abu Thalib dalam kemiskinannya, tetapi Abu Thalib mempunyai perasaan paling halus dan terhormat di kalangan Quraisy. Dan tidak mengherankan Jika Abd'l-Muttalib menyerahkan asuhan Muhammad kepada Abu Talib.


Abu Talib sangat mencintai keponakanya itu sama seperti Abd'l-Muttalib. Karena kecintaannya itu, ia seringkali lebih mendahulukan keponakannya daripada anak-anaknya sendiri. Budi pekerti Muhammad yang luhur, cerdas, suka berbakti dan baik hati, itulah yang lebih menarik hati pamannya.

Pernah pada suatu ketika ia akan pergi ke Syam membawa dagangan untuk dijual, ketika itu usia Nabi Muhammad Saw baru duabelas tahun, mengingat sulitnya perjalanan menyeberangi padang pasir, tak terpikirkan olehnya akan membawa Muhammad.

Akan tetapi Muhammad yang dengan ikhlas menyatakan akan menemani pamannya itu, Membuat Abu Talib merasa yakin dan akhirnya mengijinkan Nabi Muhammad Saw untuk ikut bersamanya.


Nabi Muhammad Saw Pergi Ke Suria Pada Usia Duabelas Tahun Bersama Abu Thalib


Akhirnya Nabi Muhammad Saw ikut pergi bersama rombongan kafilah bersama Abu Thalib menempuh perjalanan yang sangat jauh, hingga sampai di daerah bernama Bushra sebelah selatan negeri Syam. 


Dalam riwayat diceritakan, bahwa dalam perjalanan inilah Nabi Muhammad Saw kecil bertemu dengan rahib dari Bahira, dan rahib itu melihat tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad kecil sesuai dengan petunjuk cerita-cerita yang terdapat di dalam kitab ajaran Kristen.

Sebagian sumber menceritakan, bahwa rahib itu menasehati Abu Thalib agar jangan terlalu jauh memasuki daerah Syam, karena dikuatirkan orang-orang Yahudi yang mengetahui tanda-tanda itu akan berbuat jahat terhadap Muhammad kecil.


Dalam perjalanan ini sepasang mata Muhammad kecil yang indah itu melihat luasnya padang pasir, menatap bintang-bintang yang berkilauan di langit yang jernih dan cemerlang. Dilaluinya daerah-daerah Madyan, Wadit'l-Qura serta peninggalan bangunan-bangunan Thamud.

Didengar dengan telinganya yang tajam berbagai cerita orang-orang Arab dan penduduk pedalaman tentang bangunan-bangunan itu, tentang sejarahnya masa lampau. Dalam perjalanan ke daerah Syam ini Nabi Muhammad Saw dan rombongan berhenti di kebun-kebun yang lebat dengan buah-buahan yang ranum, yang akan membuat Rombongan mereka lupa akan kebun-kebun di Ta'if serta segala cerita orang tentang itu.

Taman-taman yang dilihatnya dibandingkannya dengan dataran pasir yang gersang dan gunung-gunung tandus di sekeliling Mekah itu. Di Syam ini juga Muhammad mengetahui berita-berita tentang Kerajaan Romawi dan agama Kristen, didengarnya berita tentang Kitab Suci mereka serta oposisi Persia dari penyembah api terhadap mereka dan persiapannya menghadapi perang dengan Persia.

Sekalipun usia Muhammad baru dua belas tahun, tetapi dia sudah mempunyai persiapan kebesaran jiwa, kecerdasan dan ketajaman otak, sudah mempunyai tinjauan yang begitu dalam dan ingatan yang cukup kuat serta segala sifat-sifat semacam itu yang diberikan alam kepadanya sebagai suatu persiapan akan menerima risalah (misi) maha besar yang sedang menantinya.

Ia melihat ke sekeliling, dengan sikap menyelidiki dan meneliti. Ia tidak puas terhadap segala yang didengar dan dilihatnya. Ia bertanya kepada diri sendiri: Di manakah kebenaran dari semua itu
pemikiran itu terus berlanjut dalam hati dan pikiran muhammad sampi tiba waktu Allah turunkan wahyu pertama kepada beliau ketika sedang beribadah dia gua hira, melalui Jibril AS.



Previous
Next Post »
Thanks for your comment