Dalam Artikel kita kali ini kita akan
membahas tentang seorang sahabat Nabi Muhammad Saw yang di juluki As-Shidiq,
beliau adalah Salah seorang Khulafaur Rasyidin yang memiliki Nama Abu Bakar
R.a. bagaimana kah kisah beliau mari kita bahas kisahnya dibawah ini :
Sahabat Nabi Muhammad Saw Abu Bakar As-Shidiq
Abu bakar R.a adalah Sahabat Nabi Muhammad Saw yang kedua
memeluk Islam setelah Khadijah R.a, dan beliau adalah laki – laki dewasa
pertama yang memeluk Islam pada masa diutusnya Nabi Muhammad Saw.
Sahabat Nabi Muhammad Saw As-Shidiq |
Abu Bakar adalah orang yang sangat
menerima islam, bahkan beliau menerima Islam tanpa ada keraguan sedikitpun,
dalam riwayat dikatakan ketika Nabi Saw menceritakan pengutusan beliau menjadi
seorang Rasul dan mengajak Abu Bakar untuk meyakininnya dan menerima ajaran
yang di bawanya, tanpa berfikir dan mencela Abu Bakar langsung menerima dan
meyakini bahwa muhammad adalah utusan Allah.
Abu Bakar R.a juga merupakan sahabat Nabi Muhammad Saw jauh sebelum
Muhammad diutus menjadi seorang nabi. Selisih usianya yang hanya bertaut 2
tahun lebih muda, serta kemuliaan budi pekerti Abu Bakar dibandingkan orang –
orang mekkah pada saat itu, membuatnya sangat dekat dan akrab dengan Rasulullah
Saw.
Bahkan Abu Bakar R.a menjadikan
Rasulullah saw sebagai cerminan dan teladan untuk meningkatkan kualitas
dirinya. Tak heran begitu Abu Bakar memeluk Islam, keimanan dan keteguhannya
dalam menjaga agamanya tak diragukan lagi, Bahkan Rasulullah Saw pun memujinya,
Nabi Saw bersabda “ jika ditimbang keimanan Abu Bakar dengan keimanan Seluruh
manusia di dunia ini, maka akan lebih berat keimanan Abu Bakar R.a”. (HR Imam
Baihaqi, dalam Asy syib).
Masih banyak lagi pujian Nabi Saw untuk
Abu Bakar R.a, misalnya : Nabi Saw pernah mengatakan bahwa Abu Bakar Adalah
pemimpin jamaad di Surga, Semua
pintu surga akan memanggil Abu Bakar untuk memasukinya, orang pertama yang
masuk surga dari umat Nabi Muhammad
Saw.
Sahabat Nabi Muhammad Saw Abu Bakar Menerima Gangguan Dan Siksaan Setiap Menjalankan Ibadah
Kegigihan Abu Bakar R.a dalam
menjalankan dan mendakwahkan Agamanya tidak dapat ditandingi oleh Sahabat NabiMuhammad Saw yang lainnya.
Abu Bakar adalah seorang yang sangat di
hormati dikalangan orang – orang Makkah, selain karena kemuliaan budi
pekertinya, kejujuran, kecerdasan, kecakapan, berkemauan keras, pemberani, dan
dermawan, dia juga berasal dari keturunan yang mulia, dari bangsa Quraisy.
Nasab Kedua orang tuanya bertemu dengan
nasab Rasulullah Saw pada Murrah bin Ka’ab, kakeknya, namun demikian,
pilihannya untuk masuk Islam membuat orang – orang Makkah mengabaikan kedudukan
dan kemuliannya tersebut.
Tidak mudah bagi Abu Bakar untuk
menjalankan Ibadah sebagaimana para Sahabat
Nabi Muhammad Saw yang lainnya, pada saat awal – awal islam berkembang
Makkah, gangguan dan siksaan juga sering dia alami, ketika penganiyayaan dan
tekanan semakin dahsyat, dia meminta izin kepad Rasulullah Saw untuk hijrah ke
Habsyi dan Rasulullah Saw pun mengijinkannya.
Ketika perjalanan Abu Bakar sampai di
tempat bernama “Barkulimat”, Abu Bakr bertemu dengan Ibnu addaghnah, pemimpin
suku setempat, dan ketika ditanyakan tentang perjalanannya itu Abu Bakar R.a
menjawab “Aku dipaksa keluar dari Makkah oleh kaumku, dan aku ingin merantau di
muka bumi sehingga aku dapat beribadah kepada Rabbku”.
Mendengar jawaban itu, Pemimpin suku
itu berkata “orang seperti engkau hai Abu Bakar, tidak boleh keluar atau
dikeluarkan. Engkau selalu menolong orang yang miskin, suka bersilaturahmi,
membantu orang yang sengsara dan lemah, dan menghormati tamu. Aku bersedia
menjadi pelindungmu kembalilah ke Makkah, dan sembahlah tuhanmu di negerimu.
Budaya “pelindung/melindungi” adalah
budaya yang paling dihormati di kalangan bangsa – bangsa Arab pada masa itu. Begitu
seorang yang memiliki pengaruh menyatakan diri sebagai pelindung bagi
seseorang, maka harta, darah dan kehormatan orang tersebut aman dari gangguan
dan siksaan orang – orang di sekitarnya.
Budaya ini pula yang membantu Nabi Saw
mendakwahkan Islam ditengah penolakan dan permusuhan kaum kafir Quraisy Makkah,
Karena Abu Thalib (paman nabi Saw) menyatakan diri sebagai “pelindung”
Rasulullah saw. Setelah Abu Thalib meninggal, Nabi Saw mengalami siksaan dan
penghinaan yang tak kalah hebatnya dengan para sahabat beliau.
Akhirnya Abu Bakar kembali ke Makkah
dan Ibnu Addaghnah mengumumkan perlindungan yang ia berikan pada Abu Bakar, dia
melarang siapapun untuk menggangu dan meyiksa Abu Bakar, mendengar hal itu
akhirnya orang – orang Quraisy itu tidak berkutik, tetapi mereka mengajukan
persyaratann agar Abu Bakar tidak bersuara keras dalam beribadah. Karena kawhatir
kaum wanita dan anak – anak mereka terganggu, Ibnu Addaghnah dan Abu Bakar pun
menerima syarat tersebut.
Untuk memudah kan beribadah Abu Bakar
Mendirikan Mushala didepan rumahnya, dia melakukan ibadah disana, setiap kali
dia selesai membaca Al-Qur’an dia selalu menangis, hal ini membuat kaum wanita
dan anak – anak kaum Kafir Quraisy jadi tertarik dan mulai terpengaruh dengan
apa yang dilakukan oleh sahabat Nabi
Muhammad Saw ini.
Kaum kafir Quraisy pun menjadi kawhatir
dan mengadukan hal tersebut kepada Ibnu Addaghnah, lalu dia pun mendatangi Abu
bakar R.a dan berkata “ Engkau telah mengetahui perjanjian dengan orang – orang
quraisy, hendaklah engkau menepati perjanjian itu, atau engkau kembalikan
perlindunganku”.
Mendengar hal itu Abu Bakar pun
menjawab dengan jawaban yang menunjukan keteguhan imannya “Aku kembalikan janji
perlindunganmu, dan aku ridha dengan perlindungan Allah Swt.” Mendengar jawaban
itu Ibnu Addaghnah pun pergi meninggalkan Abu Bakar dan melepaskan
Perlindungannya.
Setelah kejadian itu mulailah Abu Bakar
mengalami tekanan dan siksaan yang di lakukan oleh kaum kafir Quraisy setiap
dia sedang beribadah kepada Allah Swt sebagaimana sebelumnya.
Pengorbanan Sahabat Nabi Muhammad Saw Abu Bakar As-Shidiq Untuk Islam
Setelah memeluk Islam Abu bakar R.a
mengurangi aktifitas perdagangannya, yang jika dilihat perdagangan beliau
mengalami kesuksesan yang luar bisa tetapi Abu Bakar R.a mengorbankan hal itu
untuk dapat mengabdikan waktu, tenaga dan hartanya untuk Agama yang diyakini
kebenarannya itu.
Tercatat beberapa Sahabat Nabi Muhammad Saw menjadi muslim karena ajakan dari Abu
Bakar R.a mereka adalah : Utsman Bin Affan, Zubair Bin Awwam, Saad Bin Abi Waqqash, Thalhah bin
ubaidillah, Abu Ubaidah Bin Jarah dan Abdurahman Bin Auf. Bahkan beberapa dari
mereka menjadi sahabat Nabi Muhammad Saw
yang di jamin Masuk surga. Selain itu Utsman bin Mazh’un, Abu
Salamah bin Abdul Asad, Al Arqam bin Abil Arqam juga mengikuti ajakan Abu Bakar
R.a untuk Masuk Islam pada periode awal.
Abu Bakar juga mengorbankan hartanya
untuk menebus dan membebaskan budak – budak yang disiksa oleh tuannya karena
memeluk Agama Islam, diantaranya adalah Bilal bin Rabbah dan Ibunya, Amr bin
Farikhah, Ibu dari Jubaish, Budak wanita dari bani Muamil dan Hammah, Zanirah,
budak Umar Bin Khatab, dan banyak
lagi lainnya.
Sikap Abu bakar R.a Atas Perjanjian Hudaibiyah
Di sepakatinya perjanjian Hudaibiyah
antara Nabi Muhammad Saw dan orang – orang Quraisy, meninggalkan banyak
kegelisahan pada umat Islam, Bahkan Pada Sahabat
Nabi Muhammad Saw selevel Umar BinKhatab R.a , karena secara sepintas perjanjian Hudaibiyah itu cenderung
menguntungkan orang – orang Quraisy dan merugikan kaum muslimin.
Hanya Abu Bakar R.a yang yakin 100%
atas keputusan Rasulullah Saw, bahkan ia memberikan jawaban yang sama persis
dengan Rasulullah Saw, ketika Sahabat UmarBin Khatab sempat mempertanyakan keputusan Rasulullah Saw menerima perjanjian
tersebut.
Abu Bakar pun memberikan Nasihat kepada
Umar Bin Khatab R.a karena sikapnya
tersebut “patuhlah engkau pada perintah dan larangan Rasulullah saw sampai
engkau meninggal dunia, Demi Allah, beliau berada di atas kebenaran”.
Sikap Abu Bakar ini sama persis dengan
sikapnnya, ketika Rasulullah Saw memberitakan peristiwa Isra Miraj yang
menggemparkan itu kepada masyarakat Quraisy, sikap yakin sepenuhnya atas
benarnya perkataan dan sikap serta keputusan Nabi Saw, tanpa sedikitpun ada
keragu – raguan, karena sifatnya ini lah Beliau di berikan gelar As-Shidiq oleh
Nabi Saw.
Ketika sebagian para sahabat Nabi Muhammad Saw merasakan
kekalahan karena adanya perjanjian Hudaibiah ini, Abu Bakar Justru berpendapat
lain, ia berkata “tidak ada kemenangan yang lebih besar daripada kemenangan
pada perjanjian Hudaibiah, akan tetapi kebanyakan orang berfikir pendek
mengenai apa yang terjadi antara Nabi Saw dengan Rabbnya, sedang para hamba
saat itu tergesa – gesa. Demi Allah, beliau tidak tergesa – gesa seperti
ketergesaan seorang hamba, sampai beliau menyampaikan semua urusan sebagaimana
beliau kehendaki”.
Menjadi Sahabat Nabi Muhammad Saw Yang Mendominasi Kecintaan Kepada Nabi Saw
Kedekatan dan kecintaan Abu Bakar
kepada Nabi Saw tidak diragukan lagi, bahkan telah terjalin sebelum Nabi Saw
diangkat menjadi seorang Nabi dan mengemban Risalah Islam. Maka takheran ketika
Nabi Saw mengalami tekanan dan siksaan, Abu Bakar pun ikut merasakan kesedihan
dan luka yang lebih dalam dirasakan disbanding bila ia sendiri yang
mengalaminya.
Setelah turunya Surah Al-Lahab, Ummu
Jamil, Istri Abu Lahab yang dikatakan sebagai pembawa kayu bakar dalam Surah
tersebut, begitu marah kepada Rasulullah Saw. Dengan membawa batu besar ia
datang menghampiri Nabi Saw yang saat itu sedang duduk bersama Abu Bakar,
melihat hal itu Abu Bakar menangis namun Rasulullah Saw menenangkannya dengan
mengatakan “Biarkan Saja, Ia tidak melihatku”.
Benar saja, setelah dekat Ummu Jamil
berkata kepada Abu Bakar R.a, “hai Abu Bakar, dimana kawanmu si Muhammad itu,
aku dengar ia menyindirku dengan mengatakan : ….dan istrinya, sipembawa kayu
bakar, dilehernya ada tali dari sabut…Demi Allah, jika aku menjumpainya pasti
aku pukul dengan batu ini.
Perjalanan Hijrah bersama Nabi Muhammad Saw
Setelah berlangsungnya baiatul Aqabah
kedua, atau juga dikenal dengan Baiatul Aqabah Kubro, Rasulullah Saw menghimbau
kaum muslimin untuk berhijrah ke Madinah, sebagian besar berangkat dengan
sembunyi – sembunyi tetapi ada juga yang terang – terangan seperti Sahabat Umar Bin Khatab R.a, dan sebagian besar
sahabat Nabi Muhammad Saw yang sudah
berhijrah keHabasyah menyusul langsung Ke Madinah.
Dua bulan lebih setelah Baiatul Aqabah
Kubro tersebut, hampir seluruh kaum muslimin sudah berhijrak ke Madinah,
kecuali beberapa orang yang diberikan keringanan untuk tidak berhijrah. Ketika Abu
Bakar R.a meminta ijin kepada Nabi Saw untuk berhijrah, beliau bersabda “Tundalah
keberangkatanmu, sesungguhnya aku masih menunggu izin bagiku untuk berhijrah
dan kita akan berangkat bersama – sama”.
Mendengar perkataan tersebut Abu Bakar
pun berkata “ Demi bapakku yang menjadi taruhannya, dalam keadaan seperti ini
engkau masih menunggu ijin?”.
Rasulullah Saw pun mengiyakan
pertanyaan Abu Bakar tersebut. Memang benar firman Allah Swt “ Rasulullah Saw
tidaklah mengatakan atau melakukan sesuatu karena hawa nafsunya, tetapi semua
yang beliau lakukan adalah atas wahyu yang datang kepadanya.
Akhirnya Abu Bakar harus menunggu lagi
selama empat bulan, sampai suatu pagi salah seorang pembantunya memberitahukan
kepadanya, “ini ada Rasulullah Saw mengenakan kain penutup wajah, tidak
biasanya beliau menemui kita pada saat – saat seperti ini…!”
Abu Bakar Berkata, “demi Ayah dan ibuku
sebagai jaminannya, beliau tidak akan menemui aku disaat seperti ini kecuali
ada urusan yang sangat penting”. Ketika Nabi
Saw sampai di depan rumah Abu Bakar beliau meminta izin untuk masuk setelah
diijinkan, beliau segera masuk kedalam rumah Abu Bakar.
Kemudian Rasulullas Saw berkata “aku
sudah diijinkan untuk pergi (berhijrah)…!!” “Demi Ayah dan Ibuku sebagai
jaminannya, ya Rasulullah apakah aku harus menyertai engkau (dalam perintah
berhijrah tersebut) Kata Abu Bakar R.a. “benar” Kata Rasulullah Saw.
Hati Abu Bakar menjadi gembira. Sungguh
suatu kehormatan dan kemuliaan menyertai Nabi Saw dalam hijrah ke Madinah. Beliau
merancang beberapa langkah yang aka
ditempuh dalam hijrah kali ini, demi mengantisipasi berbagai
kemungkinan, setelah itu beliau pulang.
Pada awal malam di hari itu, beberapa
orang tokoh kaum Quraisy mengepung rumah Nabi Saw dengan niat untuk membunuh
beliau. Menjelang tengah malam, beliu berkata kepada Ali Bin Abi Thalib, “Tidurlah
engkau di atas tempat tidurku, berselimutlah dengan mantelku warna hijau yang
berasal dari Handramaut ini. Sungguh engkau akan tetap aman dari gangguan
mereka yang engkau khawatirkan itu!!”.
Ali melaksanakan perintah Rasulullah Saw
tersebut, dan beliau keluar melewati kepungan para tokoh Quraisy tersebut,
bahkan beliau sempat menaburkan pasir di atas kepala mereka yang dalam keadaan
tertidur. Riwayat lain mengatakan mereka tidak tertidur, tetapi tidak bisa
melihat Nabi Saw yang melewati mereka dan tidak merasakan pasir yang ditaburkan
di atas kepala mereka.
Rasulullah Saw bergegas menuju rumah
Abu Bakar yang telah siap menunggu dengan gelisah, kemudian mereka berdua
berjalan kearah selatan, arah menuju Yaman, bukan kea rah utara yang menuju ke
Madinah. Setelah menempuh sekitar delapan kilometer, mereka sampai di Gunung
Tsur dan mendakinya. Abu Bakar R.a memapah Nabi Saw yang tampak sangat
kelelahan, apalagi beliau mengenakan alas kaki.
Di puncak gunung mereka menemukan Gua
Tsur dan bermaksud untuk bersembunyi di dalamnya, Abu Bakar berkata kepad Nabi
Saw “Demi Allah, janganlah engkau masuk kedalamnya sebelum aku memasukinya,
jika ada sesuatu didalamnya biarlah aku yang terkena terlebih dahulu, asalkan
tidak mengenai engkau ya Rasul”.
Kemudian Abu Bakar masuk kedalam gua
dan membersihkan ruangannya, ia melihat sebuah lubang, karena kawhatir akan
keluar binatang berbisa dari dalamnya, ia merobek mantelnya untuk menutup
lubang tersebut, baru kemudian mempersilahkan Nabi Saw memasukinya.
Didalam gua yang sempit Abu Bakar
memberikan pahanya sebagai bantal untuk Nabi Saw berbaring dan kaki Abu Bakar
digunakan untuk menutup lubang kecil tadi, tiba – tiba saja Abu Bakar merasakan
sengatan di kaki yang menutupi lubang kecil tersebut, mungkin ular atau
kalajengking, lalu ia pun merasa sangat kesakitan. Tetapi ia tidak mau
menggerakan kakinya karena takut akan membangunkan Rasulullah saw. Ia berusaha
keras menahan rasa sakit, sehingga air matanya menetes mengenai pipi Nabi Saw,
dan beliaupun terbangun.
“Apa yang terjadi Padamu, wahai Abu
Bakar?” Tanya Rasulullah Saw “Demi Ayah dan Ibuku sebagai jaminannya, Ya
Rasulullah aku digigit binatang berbisa”. Mendengar hal itu Nabi Saw bangun
dari tidurnya dan memeriksa kaki Abu Bakar, beliau meludahi kaki yang terluka
tersebut, dan seketika sakit yang di rasakan Abu Bakar menghilang.
Meraka
berdua bersembunyi di dalam Gua Tsur selama tiga hari, setiap malam Abdullah
Bin Abu Bakar datang ke Gua itu untuk menemani dan menceritakan keadaan di
Makkah, layaknya seorang mata – mata menyampaikan tugasnya.
Amir Bin Fuhairah, salah seorang
pelayan Abu Bakar, mengembalakan domba – domba Abu Bakar di kaki gunung
tersebut sekalian memberikan susu ke gua itu untuk minum Abu Bakar dan Nabi
Saw, menjelang fajar Abdullah segera kembali ke Makkah, dan Amir bin Fuhairah
menggiring domba – dombanya di belakang sehingga menghilangkan jejak kaki
Abdullah.
Sebenarnya ada beberapa orang Quraisy
yang sempat mendaki Gua Tsur. Abu Bakar berbisik kepada Nabi Saw “wahai Nabi
Allah, Andai kata mereka mendongakan kepala mereka, tentulah mereka akan
melihat kita”. “Diamlah wahai Abu Bakar” kata Nabi Saw dengan berbisik juga.
Setelah tiga hari berlalu, mereka
melanjutkan perjalanan ke Madinah disertai oleh Amir bin Fuhairah, dengan
penunjuk jalan Abdullah bin Uraiqith, yang ketika itu masih beragama jahiliyah,
tetapi merupakan orang yang dapat di percaya, sehingga Abu Bakar memilihnya.
Abu Bakar mempunyai kebiasaan duduk membonceng
di belakang Nabi Saw, dan ia seseorang yang cukup dikenal di kawasan jazirah
Arabia. Ketika bertemu beberapa orang yang mengenalnya dalam perjalanan hijrah
itu, mereka bertanya “siapakah orang yang di depanmu itu?”
Abu Bakar selalu menjawab “Dia orang
yang menunjukan jalan kepadaku…!!”. Tentunya Abu Bakar tidak berbohong dengan
perkataannya itu, walaupun orang yang menanyakannya mempunyai presepsi yang
berbeda atas jawabnnya tersebut. Dan setelah berjalan beberapa hari Mereka
akhirnya tiba di Madinah dengan selamat.
Kekawatiran Sahabat Nabi Muhammad Saw Abu Bakar As-Shidiq
Walupun Abu Bakar menjadi sahabat utama
dan pilihan Rasulullah Saw, bahkan telah jelas beliau menyampaikan bahwa ia
dijamin masuk surge, bahkan delapan pintu surga
memanggilnya untuk dimasuki. Tetapi semua itu tidak menjadikannya sombong
dan merasa suci, ia bahkan seringkali merasakan kekawatiran.
Abu Bakar kawatir akan dirinya yang
tidak dapat memberikan yang terbaik untuk Agama islam, bahkan beliau kawatir
jika dirinya tidak dapat lolos dari siksa kubur dana api neraka, sifat kehati –
hatiannya lah yang menimbulkan banyak kekawatiran dalam diri beliau.
Gaji Abu Bakar As-Shidiq Sebagai Khalifah Pengganti Rasulullah Saw
Karena sumber penghasilan Abu Bakar
dari perdagangan, ia pun tetap berdagang ketika beliau sudah di baiat menjadi
seorang khalifah penggati Rasulullah Saw, sampai suatu ketika dia bertemu
dengan Sahabat Nabi Muhammad Saw yang
lain yaitu Umar Bin Khatab R.a, pada
saat itu Abu Bakar sedang bersiap untuk pergi berdagang, lalu Umar berkata “
Apabila engkau sibuk dengan perdagangan, bagaimana dengan urusan
kekhalifahanmu?”.
Menanggapi pertanyyan Umar Bin Khatab,
Abu Bakar pun menjawab “jika tidak berdagang, bagaimana aku akan menafkahi anak
dan istriku?”, kemudian Umar berkata “marilah kita temui Abu Ubaidah (yang saat
itu mendapat kepercayaan untuk mengurusi Baitul Mal) dia akan menetapkan gaji
untukmu yang diambil dari Baitul Mal.”
Mereka berdua pun pergi menemua Sahabat Nabi Muhammad Saw yang mendapat
kepercayaan umat itu dan menjelaskan keadaan Abu Bakar R.a, setelah mendengar
penjelasan Umar Bin Khatab R.a, Ubaidah
pun menetapkan tunjangan bagi Abu Bakar sebagai seorang Khalifah, sebagaimana
tunjangan seorang muhajir yang tidak mempunyai penghasilan tetap.
Peninggalan
Sahabat Nabi Muhammad Saw Abu Baka As-Shidiq
Sebelum meninggal, Abu Bakar berpesan
kepada putrinya, yang merupakan Istri Nabi Saw, Aisyiah R,a, agar setelah
kematiannya, barang yang di perolehnya dari baitul mal sebagai khalifah,
diserahkan kepada khalifah penggantinya.
Ia juga berkata kepada Aisyah R.a “sebenarnya
aku tidak ingin mengambil apapun dari Baitul Mal, tetapi Umar telah mendesakku
untuk mengambil tunjangan agar aku tidak disibukan dengan perdaganganku, dan
mengurus keadaan kaum muslimin.
Aku tidak punya pilihan lain sehingga
terpaksa aku menerima dari Baitul Mal, karena itu kuserahkan kebunku kepada
Baitul Mal sebagai pengganti uang tunjangan yang telah kuterima selama ini.”
Ketika wasiyat ini ditunaikan dan Umar bin Khatab R.a menerimanya ia
berkata “semoga Allah merahmati Abu Bakar, sesungguhnya dia telah menunjukan
jalan yang sulit untuk diikuti pengganti – penggantinya, satu riwayat
mengatakan peninggalan Abu Bakar adalah seekor unta betina, sebuah mangkuk dan
seorang hamba sahaya, tanpa dinar dan dirham sebuahpun. Riwayat lain mengatakan
hanya sebuah selimut dan riwayat lainnya lagi mengatakan hanya sebuah
permadani.
Demikianlah kisah Sahabat Nabi Muhammad Saw yang utama dan merupakan salah satu
Khulafaur Rasyidin, semoga kisah ini dapat menjadi pelajaran untuk kita semua,
dan semoga dari kisah ini kita dapat meneladani sifat dan budi pekerti beliau.
Marikita teladani sifat – sifat beliau
sebagai seorang sahabat Nabi Muhammad Saw
yang sangat mencintai beliau, semoga kita bisa meningkatkan kecintaan kita
Keapada Nabi Muhammad Saw sama Seperti beliau.
Terima Kasih telah berkunjung dan
membaca Artikel di blog ini, jika artikel ini bermanfaat mohon bantu untuk Like
And Share yah sahabat.
BERLANGGANAN ARTIKEL BLOG INI
ConversionConversion EmoticonEmoticon